Pelangi di Senja Kemarau


Pelangi terbentuk karena pembiasan sinar matahari oleh tetesan air yang ada di atmosfir. Ketika sinar matahari melalui tetesan air, cahaya tersebut dibengkokkan sedemikian rupa sehingga membuat warna-warna yang ada pada cahaya tersebut terpisah. Tiap warna dibelokkan pada sudut yang berbeda, dan warna merah adalah warna yang paling terakhir dibengkokkan, sedangkan ungu adalah yang paling pertama.”


Suara Pak Anton masih terdengar jelas di kedua telingaku. Meskipun mata dan fikiranku menerawang jauh ke luar kelas. Aku berharap bisa melihat dia walau hanya selintas saat dia tergesa-gesa lewat depan kelasku, setidaknya rinduku dapat terobati.

Tapi pagi ini dia tidak Nampak, tidak ada anak laki-laki berseragam putih abu yang jalan setengah lari melewati kelasku. Aku sedikit khawatir, dan takut terjadi apa-apa padanya. Disamping itu aku harus tetap menyimak apa yang disampaikan Pak Anton guru Fisika ku.


Kata PELANGI terus berputar di otakku, tidak hanya itu, akupun tenggelam dalam bayang-bayang wujudnya yang nampak begitu nyata, begitu indah, melintang di hadapanku dengan warna-warni yang elok. Andai aku bisa menikmati keindahan pelangi bersama Samuel.


Lula! Ada apa di luar sana?” Tanya Pak Anton membuyarkan lamunanku, ternyata beliau telah berada tepat di hadapanku.


Pelangi.” Jawabku tak sadar.


Mana?” Tanyanya lagi sambil menengok ke luar kelas. “Masih pagi udah melamun! Perhatikan saya!” Lanjutnya.


*****

Saat jam pelajaran kedua berlangsung, secara tidak sengaja kedua mataku menangkap sosok yang selama ini aku nantikan. Ia berjalan begitu santai melewati kelasku dengan pandangan tertuju pada layar ponsel yang ia genggam, sekalipun ia tidak memperhatikan jalan yang ia lalui.


Dia berlalu begitu saja dan membuatku kesal karena hanya bisa melihatnya sekejap. Tanpa kusadari ternyata Bu Ratih guru matematika ku tengah memperhatikan gerak-gerik ku, aku benar-benar lupa bahwa selama ini Bu Ratih adalah guru yang paling ditakuti oleh murid-murid karena kegalakannya.


Berdiri di luar kelas Lula Famela!”


Teriakan Bu Ratih membuatku tersentak dan aku hanya bisa melangkah menuju luar kelas dengan lemas. Akupun berdiri di luar kelas, tak lama kemudian Samuel berjalan menghampiriku, maksudku ia akan kembali masuk ke kelasnya dan akan berjalan melewati aku, tepat dihadapanku. Semakin dekat, semakin dekat, dan aku bisa melihat ujung sepatunya.


Entahlah, aku hanya bisa menunduk dan bahkan tak sanggup melihat wajahnya. Ia berlalu dihadapanku, sungguh aku sangat menyesali kejadian ini, begitu lama aku menanti momen-momen seperti ini, Aku dan Samuel terpisahkan oleh jarak yang sangat dekat dan aku hanya bisa diam mematung.


Beberapa lama kemudian Aku melihat sepatu yang sama dengan yang dipakai Samuel, melangkah ke arahku dan berhenti tepat dihadapanku.


Jika aku jadi kau, aku tidak akan mau menuruti Miss Ratih untuk berdiri sepanjang jam pelajaran disini.”


Samuel tampak dingin tapi begitu mengesankan, aku terpaku dengan wajahnya yang manis, dingin dan sedikit misterius itu.


Ini seperti mimpi, cowok dingin yang sangat aku idam-idamkan itu berbicara padaku, kini aku bisa melihat wajahnya begitu dekat.


Terus?” Tanyaku


Ikut aku!” Serunya.


Aku mengikuti ia dari belakang, koridor sekolah nampak begitu sepi, seperti tak ada kehidupan, yang terlihat hanya dedaunan yang melambai seolah menertawakan kegugupanku, bahkan desiran angin pun terasa begitu kuat mendesak hidungku.


Kami melewati lorong kecil yang sepi, gudang tua, tempat penampungan sampah dan tepat dihadapan kami terdapat tebing tinggi yang sebagian batanya telah rubuh.


Kau yakin memintaku melewati tebing ini?” Tanyaku setelah Samuel berhasil melompati tebing.


Ia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku, tanpa fikir panjang aku menuruti isyaratnya.


Ikuti aku dan jangan banyak bicara. Jangan berfikir yang tidak-tidak! Karena aku takan menyakitimu!”


Aku tetap mengekor di belakangnya, kami melewati jalan setapak, memasuki ladang jagung yang mengering karena kemarau panjang. Samuel terus memacu langkahnya seolah tak peduli dengan keberadaan ku. Dia berhenti melangkah ketika sampai di tepi sungai, gemericik dan gemuruh air begitu jelas terdengar di telingaku.


Waaawww…..” Takjubku. “Apa disini kita bisa melihat pelangi Sam?” aku begitu semangat, hingga tak sadar bahwa aku telah mencengkram lengan Samuel.


Pelangi?” Heran Samuel. “Bukankah pelangi datang saat musim hujan?” Lanjutnya


Benar Sam. Sekarang masih kemarau, tentu mustahil. Tapi aku ingin melihat pelangi di senja kemarau.” Ungkap ku melemah.


Bukankah saat senja langit telah memerah? Apa pelangi masih bisa terlihat?”


Apa itu juga mustahil Sam?”


Tidak! Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.”


Pernyataan Samuel membuatku terdiam dan hanya bisa memandangi wajahnya lekat-lekat.


Kau pasti bisa melihat pelangi di senja kemarau! Percayalah! Karena keajaiban selalu ada!”


Kau benar Sam. Apakah aku bisa melihatnya bersamamu?”


Kenapa harus bersamaku?”


Karena kau yang telah meyakinkanku! Meyakinkan bawa keajaiban itu ada!”


Samuel hanya tersenyum kecil dan kali ini dia menatapku.


Untuk alasan apa kau mengajaku ke tempat ini?”


Kau tidak suka?”


Tempat ini sangat indah. Bagaimana bisa aku tidak menyukainya.”


Syukurlah! Ayo kita kembali, sebentar lagi pelajaran Miss Ratih berakhir.” Pintanya.


*****


Aku ikut bahagia Lula. Setidaknya hari ini kau mendapatkan semangat ekstra dari Samuel. Mengapa tidak kau ungkapkan perasaanmu? Siapa tahu Samuel juga menyukaimu.”


Suatu saat aku akan meninggalkannya. Aku tidak ingin melukainya. Bagaimanapun, aku tidak boleh egois, aku tidak boleh memberinya harapan. Jangan sampai Samuel menyukaiku, aku tidak ingin hal itu terjadi.”


Jika Samuel benar-benar mencintaimu?”


Itu tak boleh terjadi! Aku tidak ingin melukainya. Kau mungkin tidak bisa merasakan, aku akan pergi, aku benar-benar akan pergi!”


Air mataku menetes dan tak bisa terbendung lagi.


Kau salah! Kemarilah Lula! Aku bisa merasakannya, ku mohon tenanglah, percayalah padaku Lula. Kau bisa melewatinya.”


Melewati kesakitan ini aku bisa, tapi apa aku bisa melewati kematianku?”


Lula sayang, kau harus….”


Harus semangat? Harus optimis? Bagaimana bisa?” Kataku memotong pembicaraan dr. Anna yang selama ini ku anggap sebagai Ibu kedua ku.


Nama ku Lula Famela, dua minggu lagi usiaku 17 Tahun. Dan tepat 17 Tahun yang lalu seorang Ibu meninggal setelah melahirkan anak pertamanya, dialah Ibu kandung ku.


Mungkin beberapa bulan lagi harapanku untuk bertemu dengannya dapat terwujud. Ya, begitulah pernyataan Dr. Anna saat membelaiku, ketika kami tengah bercanda soal kematianku yang telah di depan mata.


Lula sayang, aku tidak ingin melihat kau menangis. Apa kita perlu menunda pemeriksaan hari ini?”


Tidak Dok, aku ingin cuci darah sekarang saja, biar aku bisa merasakan sakitnya sekalian.”


Baiklah, maafkan aku selalu membuatmu sakit nak.”


*****


Bintang bertaburan di langit malam, begitu indah, mungkin Ibuku menjadi bagian dari mereka, Ayah selalu mengajakku duduk di balkon kamarku, kami sering hanya sekedar duduk dan menatap langit malam jika merindukan Ibu.


Ayah bilang bahwa bintang yang paling bersinar adalah Ibu, aku mempercayainya ketika masih kecil, bahkan kini aku berpura-pura untuk mempercayainya.


Hai, anak ayah yang paling cantik?” Ayah tiba-tiba duduk disampingku dengan menenteng dua gelas susu.


Hai, ayahku yang paling tampan. Setua itu apa tidak bosan minum susu?” Ledekku sembari menyambar gelas yang ia pegang dan bermanja dipelukannya.


Kamu bosan sayang?”


Entahlah, terkadang aku merasa sangat mual sehabis minum susu buatanmu.”


Oyah? Bukankah takarannya sudah sesuai?” Ayah menghela nafas panjang.


Ayah, jika ini malam terakhir kita memandang langit, apa kau akan menghabiskan malam ini hanya dengan menengadah dan berharap Ibu akan tersenyum pada kita?”


Tidak! Ayah tidak akan membiarkan malam ini habis, bahkan jika bisa, ayah akan membeli malam ini pada Tuhan. Ayah tidak ingin kehilangan wanita yang ayah cintai untuk kedua kalinya.”


Ayah, bahkan kita semua telah tau sampai dimana takdirku. Kau harus belajar untuk kehilangan aku, mungkin malam ini, besok, besok lusa…..”


Mungkin seratus tahun lagi! Sudahlah, Ayah tak ingin membahas ini. Kau ingin hadiah apa saat ulang tahun nanti?”


Aku ingin melihat pelangi di senja kemarau bersamamu dan….” Aku berhenti bicara dan menunduk malu.


Pria yang diceritakan dr. Anna? Apa kau tega membagi hatimu untuk pria lain selain ayah?” Ayah berbicara sedikit tinggi


Please yah, aku telah besar! Apa kau tega membiarkanku hanya mencintai satu pria selama hidupku?”


Tidak sayang! Ayah hanya takut kehilanganmu, kehilangan cintamu. Tapi ayah izinkan kamu untuk jatuh cinta pada anak bernama Samuel itu.”


Thanks Dad! Apa kau bisa mengabulkan permintaanku?”


Itu sedikit sulit, tapi untuk mu tak ada satupun hal yang tidak mungkin di dunia ini.”


Ku harap kau bisa memenuhinya, bila kau tak dapat memenuhinya, aku akan menagihmu meskipun kelak telah meninggal.” Ancamku pada Ayah.


*****


Satu hari menjelang ulang tahunku….Aku menghampiri Samuel ketika ia tengah duduk di taman yang terletak di depan kelasnya. Entah perasaan apa yang membuatku berani untuk menemuinya. Tapi harus ku sampaikan sebelum terlambat.


Aku duduk disampingnya tanpa basa- basi, aku merasa gugup dan tak bisa bicara sepatah katapun.


Lula, aku mencintaimu.” Bisik Samuel di telingaku.


Aku merasa disambar petir dan sedikit tak percaya dengan kata-kata Samuel.


Aku benar-benar mencintaimu! Aku tak bohong! Bahkan saat aku terlahir, aku ditakdirkan untuk mencintaimu.”


Lanjutnya meyakinkanku, dan aku tak bisa lepas dari pandangannya. Ini seperti mimpi, mimpi indah sekaligus mimpi buruk bagi Samuel. Bagaimana bisa Samuel mencintai wanita yang sebentar lagi akan meninggal dunia.


Aku tidak tahu harus bicara apa padamu. Tapi, kumohon datanglah ke pesta ulang tahunku besok sore dirumahku, aku sangat mengharapkan kedatanganmu.”


Aku pergi meninggalkan Samuel dengan kebahagiaan. Kutatap Samuel dari kejauhan dan Ia sedikitpun tak melepaskan pandangannya dari ku. Hati dan fikiranku seakan dipenuhi bunga-bunga mekar, aku benar-benar bahagia, perasaan bahagiaku tak lagi dapat diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan aku tak bisa membendung perasaan bahagiaku, hingga saat ku tengah terduduk, tiba-tiba aku melayang meninggalkan ragaku, tak bermassa dan bahkan menyatu bersama udara yang hampa.


Kurasakan tubuhku ringan, tapi kulihat anak-anak berseragam putih abu itu memanggil-manggil namaku. Aku berada dipuncak kebingungan, bahkan berusaha untuk berteriak memberitahu pada mereka yang mengkhawatirkan aku bahwa aku masih ada disamping mereka.


Inilah akhir kisah hidupku, namun Tuhan masih berbaik hati memberi ku kesempatan untuk bisa melihat apa yang terjadi di dunia sepeninggalku, tepatnya untuk memperhatikan orang-orang yang kusayangi. Ketika ku tengah berusaha menyatukan rohku dengan udara, pria yang kucintai itu dengan sigap membawaku ke Rumah Sakit, tepatnya membawaku ke ruangan yang sudah tidak asing lagi.


Tak lama kemudian dr. Anna memeriksa detak jantung dan nadiku, ia menghela nafas panjang dan memeluk erat Samuel.


Dia telah bertemu Ibunya di Surga nak!” Tutur dr. Anna di telinga Samuel.


Mereka berpelukan lalu menghujani wajah mereka dengan air mata yang deras.Ayah ku datang dengan terpogoh-pogoh, dengan nafas yang tak teratur, ia menggoncang-goncang tubuhku dengan keras, memanggil namaku, menangis meraung-raung hingga tak sadarkan diri.


Tapi apalah daya, aku sudah tak bisa menyatu dengan ragaku, perasaan yang kumiliki pun berbeda dengan perasaan manusia pada umumnya. Akupun tak mengerti, aku benar-benar sedih melihat kondisi Ayah, tapi aku tak bisa menangis, semuanya tak bisa kukendalikan.


Aku hanya bisa membayangkan perasaan Ayah yang harus kehilangan wanita yang ia cintai untuk kedua kalinya. Kini ia benar-benar sendiri, aku hanya bisa berharap kelak Ayah bisa bertahan dan bangkit dari masa berkabungnya. Aku berharap kelak Ayah bisa membuka hatinya untuk wanita lain, aku ingin ada seseorang yang mencintai Ayah, seseorang yang bisa mengurus Ayah hingga ia menutup mata.


*****


Pesta Ulang Tahunku…..Ulang tahunku ini begitu meriah, lebih meriah dari pesta ulang tahunku sebelumnya yang hanya dihadiri oleh Ayah, bi Tari Pengasuhku, pak Azam sopir ku dan pak Ahmad tukang kebun.


Kali ini pesta ulang tahunku dihadiri oleh banyak orang, dimulai dari orang terdekat, tetangga, murid-murid di sekolahku, hingga orang-orang yang belum pernah kujumpai saat di dunia.


Mereka menghadiri pesta ulang tahunku, bahkan aku belum pernah seterkenal ini sebelumnya. Mereka menangisi kepergianku di tempat peristirahatanku yang terakhir.


Aku masih bisa menyaksikan semua yang terjadi di bumi, termasuk ketika Samuel menangis di pelukan dr. Anna yang tak lain adalah Ibu angkat Samuel.


Bahkan semasa hidup aku tak tahu hubungan mereka, pria yang kucintai dan wanita yang telah kuanggap sebagai ibuku sendiri. Mereka masih menangisi kepergianku….


Apa kau benar-benar mencintainya Sam?”


Aku benar-benar mencintainya Bu. Sungguh, bukan karena permintaan Ibu.”


Benarkah?”


Aku berani bersumpah bu.”


Tidurlah Nak, biar besok kau kuat.”


Terimakasih Bu, aku benar-benar menyayangimu.”


dr. Anna mencium kening Samuel dengan lembut, persis seperti yang selalu Ayah lakukan padaku setiap malam.


Kau masih disini?” Sapa Samuel membuatku kaget.


Sam, bukankah kau tidur, lalu itu siapa? Kau bisa melihatku?”


Aku ingin menemanimu Lula! Sekarang kita telah bersama, kau takan kesepian.”


*****


Jika bukan hari ini maka besok, besok lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau bahkan seratus tahun lagi. Aku berharap bukan hari ini. selalu sama, hanya itu pintaku padamu Tuhan. Jika esok tak kutemukan lagi cahaya mentari, maka berilah aku cahaya warna-warni disenja ini. cahaya yang mungkin akan membuatku menitikan air mata. Cahaya yang melintang diatasku. Cahaya yang begitu indah dan nyata menari-nari di angkasa. Pelangi disenja kemarau, apa hanya sebatas khayalan? Jika malam ini ku terpejam untuk selamanya. Izinkan aku melihat pelangi untuk yang terakhir kalinya bersama Samuel. Hingga kami benar-benar terlelap meninggalkan dunia untuk selamanya. Kami bersama di surga, dan tak ada satu hal pun yang mustahil di tempat abadi itu. Apa pelangi di senja kemarau masih terdengar mustahil di surga sana? Tidak! Semuanya benar-benar bisa terjadi. Kecuali kematian kami yang tak bisa di hindari. Terimakasih Tuhan, berkat Leukimia kami bisa melihat pelangi di senja kemarau.


Lula Famela

Di Penghujung Senja Kemarau
























Komentar

Postingan Populer