24.00
Jika malam menunjukan
pukul 24:00 kau akan gelisah dan tak bisa tidur Devi! Lihat saja nanti! Gumam
Rano saat membakar semua foto Devi dalam Drum tempat pembakaran sampah.
*****
Saat itu Rano dan Devi
masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama. Devi yang saat itu
memiliki tubuh tinggi langsing dengan kulit putih bersih dan rambut panjang
terurai menjadi primadona di seantero sekolah dan tempat dimana ia tinggal.
Wajahnya yang rupawan bak puteri Indonesia membuatnya dengan mudah menggandeng
pria tampan manapun.
Berbeda dengan nasib
Rano, ia memang terlahir sebagai anak dari konglomerat, anak semata wayang yang
secara otomatis menjadi pewaris tunggal seluruh kekayaan orangtuanya. Meskipun
tubuhnya selalu dibalut oleh pakaian branded dan mahal, dan semua yang melekat
pada dirinya merupakan sesuatu yang limited edition yang konon katanya dibeli
dari luar negeri, namun semua itu tak lantas menutupi badannya yang bulat,
kulitnya yang hitam dan wajahnya yang sama sekali tidak bisa dikatakan tampan.
Rano sering ditolak oleh
wanita-wanita cantik incarannya, meskipun ia mampau memberikan gunung permata
pada wanita manapun, namun kekayaan Rano tak membuat wanita-wanita cantik itu
meliriknya.
Namun hingga saat ini,
wanita yang tetap dan selalu ia cintai hanya satu, yaitu Devi, wanita cantik
yang tinggal di rumah sebelah. Berkali-kali Devi menolak cinta Rano, namun tak
lantas membuat Rano menyerah. Semuanya bermula saat Tuhan mentakdirkan mereka
untuk satu kelas saat kelas 2 SMP.
“Dev, mungkin ini yang ke
100, aku tak peduli. Aku hanya ingin kamu menjadi kekasihku!”
“Aku gak bisa Rano!
Kumohon jangan memaksaku!” Devi membuang bunga pemberian Rano dan meninggalkan
Pemuda berbadan gelap itu sendiri di kantin sekolah.
Dengan apa yang selalu
Devi perbuat padanya, Rano tetap saja mengejar-ngejar Devi hingga SMA. Hingga
suatu saat, ketika mereka tengah duduk di bangku kelas 3. Devi datang memohon
pada Rano untuk menjadi kekasihnya. Dengan senang hati, Rano bersedia.
“Rano, mungkin aku gak
bisa ikut acara malam perpisahan di Bali. Kamu tahu kan keadaan keuangan Ayahku
saat ini.”
“Gak usah khawatir Dev,
biar aku yang urus semuanya, kamu tinggal duduk manis di pesawat.”
“Thanks Rano.”
“No problem beib”
Dan saat mereka tiba di
Bali, ketika Beauty and The Beast itu sedang menikmati pemandangan matahari
terbenam di tepi pantai. Datang seorang pria bule menghampiri mereka dan
menyapa Devi.
“How are you honey?”
“Hai Jack…”
Devi membalas pelukan
bule itu dan menciumnya di hadapan Rano yang memerah.
“Rano, sorry, kita harus
putus sekarang.” Pernyataan Devi membuat Rano seperti disambar petir disiang
bolong. Sangat menyakitkan, ternyata Devi hanya memanfaatkan Rano untuk bisa
pergi ke Bali untuk bertemu Bule itu.
Rencana yang telah Rano
siapkan untuk memberi kejutan pada Devi batal, semua kebahagiaan yang telah
diangan-angankan Rano pun ditelan malam. Rano sama sekali tak menikmati acara
malam perpisahannya bersama teman-teman sekolahnya. Rano tak sedikitpun
memperhatikan atau bahkan melirik Devi yang telah menghancurkan hatinya.
Hingga saat mereka
meninggalkan Bali dan pulang ke rumahnya masing-masing, Rano masih membisu, marah
dan murka pada Devi. Hingga suatu malam tepat jam 24:00 Rano memutuskan untuk
membuang semua kenangan tentang Devi, begitupun dengan semua foto Devi yang ada
di kamarnya, ia bakar tanpa sisa.
*****
Sementara ditempat lain,
wanita cantik yang dulu sangat Rano kagumi merasa gelisah, ia mencoba
memejamkan matanya namun usahanya untuk tertidur nihil. Begitu pula pada
malam-malam selanjutnya. Tepat jam 24:00 ia selalu gelisah dan tak tenang.
End
Komentar
Posting Komentar