Agustus Jelimet.....

Hai, halooooo.....?

Ehmm. Mungkin postingan saya kali ini lebih ke menyampaikan curahan hati kali ya. Entahlah. Bisa jadi saya bakal menyisipkan cerita fiksi di tengah atau di akhir. Soalnya saya pengen kaya Raditya Dika yang mampu mengumbar pengalaman dan aib hidupnya. Aib? Tunggu, untuk hal yang satu itu mungkin bakal saya simpen aja sendiri. Gak baik kan mengumbar aib sendiri, apalagi kalo sampe mengumbar aib orang.

Bulan ini cukup berat buat saya. Agustus, njelimet. Rasanya saya hidup gak hidup gitu di bulan ini. Kaki serasa melayang-layang, gak napak. Saya harus memastikan berkali-kali, apakah saya masih hidup atau sudah jadi Kuntil. Dan saya menjadi lebih sering bercermin akhir-akhir ini. Saya takut bayangan saya menghilang ketika bercermin. Tapi, syukur. Alhamdulillah saya masih nyata. Efih masih nyata! Hidupnya bukan fiksi. Ajiiaaahhhhh....

Part I
Siapa pun yang kedapatan singgah dan berkunjung ke Rumah Wortel. Mungkin ada beberapa yang mengenali cerpen saya yang berjudul Janji Terakhir. Cerpen tersebut berhasil dimuat di gen22.net yang diurus oleh Mas Lukas Gentara. Tahun 2012 cerpen tersebut diposting dan berhasil menjaring banyak pembaca. Kalo gak salah berhasil juga mengumpulkan ribuan like oleh pengguna Facebook. Dan ada beberapa yang membagikan dan memposting di blog pribadinya.

Saya senang. Untuk pertama kalinya karya saya dibaca oleh banyak orang, di berbagai belahan Indonesia. Karya yang menurut saya biasa saja, terdapat banyak salah penulisannya, lebay, kaya cerita sinetron itu mendapatkan banyak tanggapan baik dari pembaca. Banyak juga pembaca yang nangis bombay setelah baca cerpen tersebut. Maaf....ya....

Gegara kisah Nilam dan Elga juga, saya jadi punya banyak teman dari berbagai suku. Inbox di Fb saya penuh oleh pertanyaan-pertanyaan soal Nilam dan Elga.

Saya tegaskan, Janji Terakhir bukanlah pengalaman pribadi saya, itu murni hasil imajinasi saya.  Tokoh Elga hanya terinspirasi dari masa lalu saya. Seseorang yang namanya hampir sama. Kamu tahu, setelah Janji Terakhir banyak pembacanya, saya berusaha untuk mencari tahu mantan saya. Menghilangkan gengsi saya untuk memastikan dia baik-baik saja. Dan alhamdulillah dia sehat wal'afiat. Masih dengan sifat yang sama seperti dulu. Saya rasa, dia hanya sedang berkelana mencari seseorang yang dianggapnya pas untuk dijadikan yang terakhir. *Ohok, kalimat terakhir tak usah diambil hati.

Untuk Nilam. Dia sama sekali bukan saya. Kami sangat-sangat jauh berbeda. Saya gak selemah Nilam. Dan saya bukan orang yang mengutamakan "kekasih" di atas segalanya.

Kisah mereka ditutup oleh kematian Elga (Ini yang bikin saya khawatir sama mantan)  dan Nilam yang depresi. Ya, seharusnya seperti itu! Namun ada beberapa orang yang meng-copasnya dengan mengganti jalan ceritanya. Dengan kata-kata yang sama seperti yang saya buat, ada yang mengganti endingnya. Ada yang mengganti sudut pandangnya. Ada juga yang hanya mengganti nama tokohnya. Lalu mereka posting begitu saja tanpa mencantumkan nama saya. Seolah-olah cerpen itu mereka sendiri yang buat. Huuuuuuffttt.... sakit tauk! Rasanya digituin.

Saya gak bisa berbuat apa-apa. Ditegur? Please deh itu kasusnya udah lama, lagian gimana cara ngomongnya??? Saya cuma bisa teriak-teriak sendiri. Oy....napa cerpen butut gue yang lo plagiat???? rrrrrggggghhhh KEZEL.....ZEBEL.....

Part II
Ssshhh. Masalah plagiat belum kelar. Saya yang gemar memperhatikan tingkah manusia, dibuat repot oleh intuisi saya sendiri. Minggu kemarin, perhatian saya benar-benar tersedot pada satu orang. Saya tau apa yang sedang dia rasakan. Dan keegoisan saya telah berhasil menambah masalahnya menjadi lebih berat, mungkin. Saya sendiri merasa sangat kacau. Kacau yang benar-benar kacau.

Sesuatu yang tersembunyi, begitu mudah saya baca. Saya senang menganalisa manusia. Menyelami hati dan pikirannya. Menerka-nerka apa yang sekiranya sedang terjadi dalam hidupnya. Saya senang membaca karakter manusia. Membaca kebiasaannya. Membaca suasana hatinya. Dari gerakan tubuh, sorot mata, gerak bibir, nada bicara, jeda ketika berbicara, mimik wajah. Saya selalu menangkap informasi yang berlebihan dari diri manusia.

Saya lelah. Ketika saya harus ikut merasakan perasaan orang lain. Saya harus tau siapa saja orang yang tidak menyukai saya. Meski, seringnya saya selalu berpura-pura untuk tidak peduli. Saya berusaha untuk tidak melihatnya, saya menghindar.

Saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Cuma itu yang bisa saya katakan. Saya hanya ingin semuanya baik-baik saja. Semuanya bahagia. Jangan ada kesakitan. Jangan ada ketakutan. Jangan ada perselisihan. Mungkin itu sangat sulit. Saya hanya bisa berharap.

Ending.....
Setelah mendekatkan diri terhadap yang Maha pengasih. Akhirnya saya mendapat ketenangan. Saya maafkan mereka yang telah mencontek cerpen saya. Cerpen saya yang gak seberapa itu mungkin cukup memenuhi syarat untuk diplagiat. Itu artinya mereka yang memplagiat, menyukai karya saya. Yeeee....anggap saja karya saya itu bagus. Dan untuk masalah yang kedua. Saya berhasil berdamai dengan hati saya. Menerima segala apa yang terbaca. Berusaha menolong apa yang bisa saya tolong. Hmmm, saya hanya ingin mendamaikan dan menceriakan Indonesia. Itu saja.

Mas'alah itu selalu datang bawa temannya. Mbak'alah. Mungkin coretan saya ini gak akan secetar coretan Raditya Dika. Tapi ampun deh, yang penting sama-sama berbagi pengalaman. Yups, sekian dari saya. Terimakasih banyak buat yang udah kadung baca postingan ini sampai akhir. Pesannya..... mungkin ya... jangan pernah nyimpen masalah sendirian. Hey, sekecil apapun masalah yang kamu sembunyikan, itu tuh dadamu bakal sesak, tauk! Coba ngobrol sama keluarga atau teman. Biar pun mereka gak bisa kasih solusi. Seenggaknya, dadamu gak akan terlalu sesak. Dan jangan sampai kamu curhat sama rumput yang bergoyang. Karena nanti kamu bisa dianggap gila. Ups.

Terimakasih sudah baca.....

Komentar

Postingan Populer