Ellin Daniel (Part 2)

Dia menatapku dengan emosi, dia tampak marah sekali. Dia seperti hantu dan membuatku takut saat dia berjalan semakin mendekatiku.
Tidak, dia melukai dirinya sendiri. Dia menggigit jarinya sendiri hingga...... mengeluarkan cairan berwarna kuning pekat, mengapa dia tidak berdarah?
Aaaarrrrgggghhh..... dengan seketika, dia juga menggigit jariku hingga berdarah. Aku benar-benar kesakitan, tapi aku mencoba menahannya saat dia terlihat ketakutan. Dia memaksaku untuk melihat cairan yang keluar dari jarinya. Dia seperti ingin menjelaskan padaku bahwa darahku dengan darahnya berbeda. Dia terlihat sangat ketakutan dan panik. Sama halnya dengan aku, dia telah membuat nyaliku ciut. Beruntung ini segera berakhir ketika Ny. Grace tiba-tiba berada di muka pintu.
"Aku sudah bilang padamu untuk tidak mamasuki ruangan ini. Tapi kau tidak menurutiku."
"A.....aku....aku hanya ingin tahu ada apa di ruangan ini. Dan ternyata kau menyembunyikan perempuan itu disini. Siapa dia? Kenapa dia seperti itu?"
"Berhentilah kau bicara! Sebaiknya kau kembali ke kamarmu, dan kau obati lukamu itu sebelum terjadi infeksi!"
Ny. Grace merangkul perempuan itu seraya menenangkannya, tapi perempuan itu tetap terlihat ketakutan sambil menatapku.
Sejenak kulupakan rasa sakit di jariku, betapa herannya aku memikirkan perempuan itu. Tetap aku tidak bisa mengira-ngira siapa dia. Sisa malam ini ku habiskan dengan memikirkan hal itu, sama sekali tidak kurasakan kantuk.***
Kenapa pagi ini Ny. Grace tidak menyiapkan sarapan untukku. Apa dia masih marah padaku. Aku harus melihat perempuan itu lagi, aku ingin tahu keadaannya sekarang.
Ny. Grace terlihat ada di ruangan belakang, dan aku mendengarkan percakapannya dengan perempuan itu.
"Kau akan baik-baik saja saat ku tinggalkan. Aku yakin, adikmu itu tidak akan kembali menemuimu lagi. Dia pasti takut setelah kau menggigitnya semalam."
"Terimakasih Nek."
Apa maksud Ny. Grace dengan adik perempuan itu. Aku yakin semalam tidak ada orang yang dia gigit lagi selain aku. Kalaupun dia putri Bibi Tery, pasti dia memanggilku dengan sebutan kakak atau apapun itu.Dan kenapa pula dia memanggil Ny. Grace dengan sebutan Nenek? Apa sebegitu dekatnya dia dengan Ny. Grace sampai harus memanggil pembantu dengan sebutan Nenek. Oh Tuhan, apa yang terjadi di rumah ini......
"Sedang apa kau disini?" tiba-tiba Ny. Grace ada dihadapanku.
"Aku hanya ingin melihat keadaan dia, bagaimana dengan jarinya?"
"Dia sudah terbiasa dengan itu! Bagaimana dengan jarimu sendiri, sudah kau obati?"
"Sudah, tapi masih sakit. Apa dia cucumu?"
"Sudahlah. Lupakan itu dan jangan pernah ganggu dia."
"Tapi aku masih ingin bertanya padamu!"
"Apa kau tidak lapar? Aku harus segera menyiapkan sarapanmu!"
Ah, sial. Kenapa Ny. Grace tidak pernah mau menjawab pertanyaanku. Kenapa dia tidak pernah mau bercerita padaku.
Hari ini kuputuskan untuk menemui Tn. Jack meskipun ini bukan hari libur, aku berharap dia ada di rumahnya.
Dan setelah aku sampai di rumah Tn. Jack. Ternyata Tn. Jack tidak ada. Tapi aku sangat ingin bercerita padanya, aku benar-benar tidak punya teman disini. Malam kian larut, kulihat jam besar di Taman menunjukkan pukul 9 tepat. Tuhan tolonglah aku, kirimkan Tn. Jack untukku!
"Ellin, sedang apa kau?"
"Tn. Jack aku senang kau datang."
"Kau menungguku?"
"Dari tadi siang. Aku ingin bercerita padamu!"
"Selama itu kau menungguku?"
"Aku ingin bercerita padamu!"
"Baiklah, ayo masuk. Akan kubuatkan kau makan."
"Aku tidak ingin makan. Aku ingin bercerita, tolong dengarkan aku!"
"Tentu, aku akan mendengarkanmu. Ceritalah!"
Dan aku menceritakan kejadian semalam di ruangan belakang rumah Bibi Tery
"Tapi manusia tidak mungkin memiliki darah berwarna kuning."
"Apa dia monster?"
"Apa kau percaya dengan adanya monster?"
"Tidak"
"Kau harus mengambil sample darahnya. Nanti biar kuperiksakan darahnya di laboratorium."
"Baiklah, akan ku usahakan. Aku harus segera pulang."
"Perlu kuantar?"
"Tidak, terimakasih untuk semuanya."
"Aku akan selalu punya waktu untukmu. Kau bisa temui aku di tempat kerjaku."
"Baiklah"
Malam ini aku bertekad untuk mengambil
darah wanita itu. Syukurlah Ny. Grace tidak ada di kamar wanita aneh itu dan aku berharap mereka telah tertidur. Dan aku beruntung sekali ketika mendapati wanita itu tengah tertidur pulas. Dengan cepat aku menusukkan jarum yang diberikan Tn. Jack dan segera mengambil darah wanita itu beberapa cc. Wanita itu terbangun, mungkin dia merasa kesakitan dan aku berusaha untuk menenangkan dia agar tidak teriak histeris.
"Tenanglah aku hanya ingin menolongmu. Aku harus tahu, apa yang terjadi padamu. Mengapa darahmu berwarna kuning," dia hanya beriak kesakitan. "Sebenarnya kau siapa? Kenapa kau dikurung disini?" sama sekali tak ada jawaban. Dia bergerak berusaha menunjuk sesuatu diatas meja. Aku mengambil buku yang ia tunjuk, sebuah buku harian. Aku yakin ini miliknya. Tapi aku harus segera pergi dari sini.
"Aku akan membacanya, dan akan segera mengembalikan buku ini padamu. Aku akan datang padamu dengan informasi mengenai darahmu ini, doakan aku agar bisa menemuimu lagi."
Aku merasa dekat dengannya. Sangat dekat. Betapa tidak inginnya aku meninggalkan dia. Begitu juga dengan dia, dia tetap memegangi lenganku saat aku beranjak meninggalkannya. Ya Tuhan, siapa sebenarnya wanita ini?
"Kenapa kau belum tidur?"
"Ah.....Bibi?" betapa kagetnya aku ketika Bibi Tery tiba-tiba ada didepan kamarku.
"Aku......aku hanya susah tidur."
"Apa yang kau pegang?"
"Oh, ini buku harianku."
"Baiklah, kau masuklah ke kamarmu!"
"Ya, aku akan langsung masuk ke kamarku."
Beruntunglah aku, Bibi tidak mencurigai aku. Aku harus segera tidur, agar besok pagi bisa menemui Tn. Jack sebelum dia pergi.
****
"Secepat ini kau dapatkan darahnya?"
"Ya, tidak sesulit yang kuduga."
"Baiklah, aku akan segera menelitinya. Kau tidak bohong, darahnya benar-benar kuning."
"Aku tidak pernah bohong Tn. Jack. Bolehkah aku diam di rumahmu siang ini? Aku butuh tempat untuk membaca buku ini."
"Tentu saja. Buku apa itu?"
"Ini buku harian wanita itu. Dia memberikannya padaku."
"Baiklah. Semoga kau dapat informasi dari buku itu. Aku harus pergi sekarang."
Wanita itu menulis:
~Namaku Anna Witch, tapi aku lebih suka bila namaku ANNA DANIEL
~Saat aku mulai bisa menulis, ibu tak ada di sampingku. Hanya ada Nenek Grace yang selalu menemaniku. Ini hari ulang tahunku dan Tuhan telah memberikan hadiah padaku. Aku memang tak seperti anak lainnya yang bisa bebas bermain di luar rumah. Kulitku akan terbakar sinar matahari jika aku keluar rumah. Tapi aku senang sekali, karena Nenek Grace membuatkan kue ulang tahun untukku. Dan hadiah terindah itu adalah kini aku mahir menulis.
~Ibu tidak pernah menganggapku ada. Mungkin dia malu memiliki anak sepertiku. Bukan kemauanku memiliki rupa seperti ini. Hatiku sangat sakit jika ibu mengatakan pada media bahwa dia tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak. Beruntung Nenek Grace selalu memberikan semangat padaku. Dialah yang mengajarkanku berbicara. Diusiaku yang ke -16, aku baru bisa berbicara pada Nenek Grace. Aku senang, meski pun masih terbata-bata.
~Nenek Grace terluka dan berdarah. Aku baru tahu bahwa darah manusia itu berwarna merah. Tapi mengapa setiap aku terluka, darahku selalu kuning. Aku ingin sekali memiliki darah berwarna merah.......
~Nenek Grace itu nenekku. Aku kira selama ini dia hanya seorang pekerja di rumah ibu. Nenek Grace bilang bahwa dia orang yang telah melahirkan ibu. Tapi karena ibu terlalu membencinya, jadi Nenek Grace tidak pernah mengatakannya pada ibu. Dan aku akan merahasiakan ini. Karena aku tidak mau sesuatu terjadi pada ibu dan Nenek Grace.
~Aku sangat sedih ketika nenek bercerita tentang hidupnya, tentang Ayah dan ibuku. Aku tidak percaya jika Ayahku itu adalah pamanku. Dulu nenek menitipkan Ayah dan Ibu pada temannya. Sedangkan teman nenek itu meninggal. Ayah dan ibu hanya hidup berdua sampai mereka dewasa. Dan mungkin keadaan itu yang membuat mereka saling mencintai hingga lahirlah aku dari pasangan kakak adik itu.
~Ibu menemuiku malam ini. Dia sama sekali tidak tahu bahwa aku kini bisa bicara dan menulis. Aku hanya bisa diam mendengarkan dia menangis. Ibu menangis, ibu sangat marah dan kesal pada Ayah. Ibu mengenang bagaimana dulu ia sakit hati atas keputusan Ayah. Ternyata Ayah lebih memilih wanita lain dan meninggalkan Ibu saat sedang mengandungku. Ayah tidak mau melanjutkan hubungannya dengan Ibu, karena dia tahu hubungan itu tidak wajar. Mungkin Ayah bisa melupakan Ibu. Tapi Ibu tidak pernah bisa menghilangkan rasa cintanya pada Ayah. Itulah sebabnya
mengapa ibu lebih memilih sendiri. Dan tadi siang Ayah menemui Ibu. Ayah tidak sendiri, ayah datang bersama istrinya.
~Nenek bilang padaku bahwa Ayahku meninggal bersama isterinya karena kecelakaan saat pulang dari New York. Aku sangat sedih. Aku dan Nenek menangisi kepergiannya. Aku tidak punya kesempatan untuk melihat wajah ayahku seperti apa.
~Tetap saja darahku berwarna kuning. Aku sangat sedih karena aku berbeda dari manusia lain. Aku tidak peduli seberapa banyak luka di tubuhku. Aku hanya ingin darahku berwarna MERAH!!!
~Aku tidak tahu bahwa wanita yang kulukai semalam adalah adikku. Dia putri dari ayahku. Maafkan aku Ellin!!
Ya Tuhan inikah yang sebenarnya terjadi pada keluargaku. Wanita itu adalah Anna, kakak ku. Ayah dan Bibi Tery ternyata? Oh, dan Ny. Grace adalah nenekku? Mengapa aku tidak menyadarinya. Ny. Grace begitu menyayangi Anna dan meskipun dia keras padaku, dia tetap peduli padaku. Aku harus segera kembali ke rumah Bibi Tery.***
"Mengapa kau tidak kapok kembali ke tempat ini? Kau tidak mau digigit olehnya lagi kan?" Nenek Grace menghalangiku untuk masuk ke kamar Anna
"Dia tidak akan berani menyakitiku lagi, karena dia menyayangiku!" dan aku pun berhasil menerobos masuk ke kamar Anna. "Kaukah Anna kakakku? Kau saudaraku?" pertanyaan itu disambut dengan air mata haru dari mata Anna. Seakan menandakan kebahagiaan dan keberhasilan mengungkapkan kenyataan.
"Aku menyayangimu," hanya itu yang keluar dari bibir tipis Anna.
*******

Komentar

Postingan Populer